Senin, 10 Desember 2012

Cerita tentang Dua Angsa Undan dan Seekor Kura-Kura

Dahulu kala, di suatu danau di kota Magdha, hidup seekor kura-kura. Dua ekor angsa undan juga hidup di dekat sana. Mereka bertiga adalah teman yang sangat akrab. Pada suatu hari, beberapa nelayan tiba di sana dan berkata, “Kita akan datang ke sini besok pagi dan menangkap ikan dan kura-kura.” Pada waktu kura-kura mendengarnya, dia berkata kepada angsa-angsa undan, ” Apakah kalian dengar apa yang dikatakan nelayan-nelayan tadi. Apa yang akan kita lakukan sekarang?’ “Kami akan melakukan apa yang terbaik”. “Saya sudah pernah melewati waktu yang sangat mengerikan dahulu”, kata kura-kura. “Jadi bisakah engkau membantu saya pergi hari ini ke danau yang lain?” “Tapi itu tidak aman untuk kamu dengan merangkak ke danau yang lain”, kata angsa-angsa undan. “Baik, kamu bisa mengangkat saya ke sana dengan menumpang dua di antara kamu” jawab kura-kura sambil merasa bahagia sekali dengan dirinya sendiri. “Bagaimana kita bisa melakukannya?” Tanya angsa-angsa undan. “Masing-masing bisa memegang ujung kayu di paruhmu sementara saya memegang kayu tengahnya di mulutku. Kemudian jika kamu terbang, saya bisa ikut dengan kamu”, kata kura-kura. “Rencana yang bagus sekali”, kata angsa-angsa undan. “Tapi ini juga sangat berbahaya karena kalau kamu membuka mulutmu untuk bicara, kamu akan terjatuh.” “Apakah kamu mengira saya begitu bodoh?” Tanya kura-kura. Kemudian pada waktu angsa-angsa undan itu terbang sambil mengangkat temannya si kura-kura di kayu, mereka terlihat oleh beberapa orang penggembala sapi yang berada di bawah. Karena terkejut, para penggembala itu berkata, “Sesuatu yang aneh, lihatlah! Angsa-angsa undan sedang membawa kura-kura ke suatu tempat.” “Wah, kalau kura-kura itu jatuh kita akan memanggangnya”, kata salah satu gembala sapi. “Saya akan memotong dia menjadi bagian-bagian kecil dan memakannya” kata yang lain. Mendengar kata-kata yang begitu kasar dari para gembala sapi, kura-kura lupa di mana dia sedang berada kemudian berteriak dengan marah, “Kamu akan makan abu.” Pada saat dia membuka mulutnya, ia kehilangan genggamannya dan dia pun jatuh terpelanting ke tanah dan langsung disambar oleh gembala sapi kemudian dibunuh. Angsa-angsa undan dengan sedih melihat kehancuran teman mereka (si kura-kura) dan dengan putus asa mengharap bahwa dia seharusnya mendengar nasihat mereka untuk tidak membuka mulutnya. Oleh karenanya, nasehat yang baik itu tidaklah ternilai harganya.

SAHABAT......

Bersamamu Aku Tegar Ku sadar..disini arti ketulusan yang sesungguhnya Yang tak kudapati...di tempat lain! Ku mengerti..makna kebersamaan yang sebenarnya Hanya denganmu..bukan yang lain! Disini juga, tak pernah ada kebohongan, seperti tempat lain Semua berjalan jujur, tanpa pura-pura Ini bukan basa-basi...seperti kata politisi Sahabatku.....arti kejujuran yang nyata Tawa dan canda terdengar lepas di semua bahagiaku Tangis pun mengalir pilu di setiap dukaku Kurasakan beban itu, bukan apa-apa Selagi bisa kita berbagi dalam suka dan sedih Sahabatku, Tuhan telah mengirim malaikat Yang bersemayam di jiwamu Kini kutau mengapa? Tuhan memilihmu Hadir diantara tawa dan tangisku Engkau adalah pilihan dari kehendak-Nya Sahabatku, waktu terus berjalan..itu artinya Harus melangkah terus kedepan Jalan ini sangat panjang, takkan kuat sendirian Beratnya hidup, harus diperjuangkan Sahabatku, bersamamu aku hidup Bersamamu aku tegar Tak goyah, meski di hadang badai Sahabat..! yakinlah Bersama, kita akan tegak berdiri Jangan pikul sendiri semua beban Biarlah segala menjadi milik kita
Singa dan Tikus Aesop Singa dan Tikus Seekor singa sedang tidur dengan lelap di dalam hutan, dengan kepalanya yang besar bersandar pada telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara tidak sengaja berjalan di dekatnya, dan setelah tikus itu sadar bahwa dia berjalan di depan seekor singa yang tertidur, sang Tikus menjadi ketakutan dan berlari dengan cepat, tetapi karena ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung sang Singa yang sedang tidur. Sang Singa menjadi terbangun dan dengan sangat marah menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar. "Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya akan membalas kebaikanmu." Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat berpikir bahwa seekor tikus kecil akan dapat membantunya. Tetapi dengan baik hati, akhirnya singa tersebut melepaskan tikus kecil itu. Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang Singa tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak dapat membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke seluruh hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya mendengarkan auman itu dan dengan cepat menuju ke arah dimana sang Singa terjerat pada jala. Sang Tikus kemudian menemukan sang Singa yang meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Sang Tikus kemudian berlari ke tali besar yang menahan jala tersebut, dia lalu menggigit tali tersebut sampai putus hingga akhirnya sang Singa dapat dibebaskan. "Kamu tertawa ketika saya berkata akan membalas perbuatan baikmu," kata sang Tikus. "Sekarang kamu lihat bahwa walaupun kecil, seekor tikus dapat juga menolong seekor singa." Kebaikan hati selalu mendapat balasan yang baik.